Selasa, 22 Desember 2015

Impression formation theory

Impression formation theory atau dalam bahasa Indonesia teori pembentukan kesan. An impression is our image of another person, consisting of the beliefs that we have of that person’s characteristics. These characteristics include descriptors for the person’s personality (warm,curious), roles (mother, lawyer), physical attributes (red-headed, tall), and normal behaviors (smiles a lot, talks loudly).
Impression merupakan awal sebelum terjadinya impression formation. Pada dasarnya impression formation adalah proses psikologis dimana tayangan atau apa yang kita terima dikembangkan. Meskipun bersifat psikologis sarjana komunikasi tertarik dengan hal ini karena impression formation terjadi melalui proses komunikasi. Study Impression Formation terinspirasi oleh karya the German Gestalt psychology movement pada tahun 1920-1930. 
Impression formation terdiri dari beberapat tahap, yaitu:
A. Behavioral Observation Tahap pertama dalam impression formation adalah pengamatan perilaku. Pada tahap ini kita mengamati perilaku seseorang dan factor penyebab perilaku tersebut.
B. Causal Attribution Pada tahap ini semakin khas perilaku tertentu dari situasi di mana kita melihatnya namun hal itu merupakan sesuatu yang tidak biasa. Pada kausal atribusi ini, kita mencari tahu apa yang ada dibalik perilaku seseorang tersebut. Pada tahap ini lah kita membuat kesimpulan tentang apa yang kita amati.
C. Target Evaluation Tahap akhir dari proses impression formation yaitu evaluasi target. Secara umum, keseluruhan hasil evaluasi target adalah atribut yang spesifik dari kesan yang ada.
Contoh dari impression formation ini yaitu ada seorang mahasiswa A yang baru mengenal mahasiswa B maka mahasiswa A akan menilai awal mahasiswa B itu dari apa yang ditangkap oleh pancainderanya, dan mengamati perilaku serta factor yang mempengaruhinya. Si A mengamati bahwa si B selalu berpenampilan sempurna, melaksanakan perkuliahan dengan sungguh-sungguh karena ingin mendapatkan hasil yang sempurna dalam perkuliahan dan apa yang menjadi keinginannya harus terpenuhi. Maka si A menilai dan berkesimpulan bahwa mahasiswa B itu seseorang yang perfectsionis dan ambisius. Dalam pencapaiannya seseorang itu akan mementukan target sesuai dengan kepribadiannya itu. Si B telah menentukan target mendapatkan IPK sempurna maka pada akhir prosesnya si B akan mengevaluasi apakah yang dilakukannya telah sesuai dengan keinginan dan apakah targetnya itu tercapai.
SUMBER Communication Encyclopedia of communication Theory